Dalam kebudayaan di indonesia banyak sekali ditemukan tata acara adat pernikahan yang mungkin pada jaman sekarang ini era modern sudah banyak ditinggalkan tetapi sedikit banyak orang indonesia masih menggunakan tata cara tersebut untuk serangkaian dalam pernikahan mereka dalam kesempatan ini mari kita bahas tata cara atau urut-urutan pernikahan pengantin adat sunda
Berikut rangkaian tata cara pernikahan adat Sunda sebagai panduan bila
Anda ingin menikah secara adat ini.
Seminggu menjelang peresmian pernikahan, di rumah kedua
calon mempelai berlangsung sejumlah persiapan yang mengawali prosesi
pernikahan,
yaitu Ngebakan atau Siraman. Berupa acara memandikan calon
pengantin wanita agar bersih lahir dan batin. Acara berlangsung siang
hari di kediaman masing-masing calon mempelai. Bagi umat muslim, acara
terlebih dulu diawali dengan pengajian dan pembacaan doa khusus. Tahapan
acara siraman adalah:
Ngecagkeun Aisan
. Calon
pengantin wanita keluar dari kamar dan secara simbolis digendong oleh
sang ibu, sementara ayah calon pengantin wanita berjalan di depan sambil
membawa lilin menuju tempat sungkeman.
Ngaras.
Permohonan izin calon
mempelai wanita kemudian sungkem dan mencuci kaki kedua orangtua.
Perlengkapan yang dibutuhkan hanya tikar dan handuk.
Pencampuran air siraman.
Kedua orangtua menuangkan air siraman ke dalam bokor dan mengaduknya untuk upacara siraman.
Siraman.
Diawali musik kecapi
suling, calon pengantin wanita dibimbing oleh perias menuju tempat
siraman dengan menginjak 7 helai kain. Siraman calon pengantin wanita
dimulai oleh ibu, kemudian ayah, disusul oleh para sesepuh. Jumlah
penyiram ganjil; 7, 9 dan paling banyak 11 orang. Secara terpisah,
upacara yang sama dilakukan di rumah calon mempelai pria. Perlengkapan
yang diperlukan adalah air bunga setaman (7 macam bunga wangi), dua
helai kain sarung, satu helai selendang batik, satu helai handuk,
pedupaan, baju kebaya, payung besar, dan lilin.
Potong rambut.
Calon mempelai
wanita dipotong rambutnya oleh kedua orangtua sebagai lambing
memperindah diri lahir dan batin. Dilanjutkan prosesi ngeningan (dikerik
dan dirias), yakni menghilangkan semua bulu-bulu halus pada wajah,
kuduk, membentuk amis cau/sinom, membuat godeg, dan kembang turi.
Perlengkapan yang dibutuhkan: pisau cukur, sisir, gunting rambut,
pinset, air bunga setaman, lilin atau pelita, padupaan, dan kain
mori/putih.
Rebutan Parawanten.
Sambil
menunggu calon mempelai dirias, para tamu undangan menikmati acara
rebutan hahampangan dan beubeutian. Juga dilakukan acara pembagian air
siraman.
Suapan terakhir.
Pemotongan
tumpeng oleh kedua orangtua calon mempelai wanita, dilanjutkan dengan
menyuapi sang anak untuk terakhir kali masing-masing sebanyak tiga kali.
Tanam rambut.
Kedua orangtua menanam potongan rambut calon mempelai wanita di tempat yang telah ditentukan.
Ngeyeuk Seureuh.
Kedua calon
mempelai meminta restu pada orangtua masing-masing dengan disaksikan
sanak keluarga. Lewat prosesi ini pula orangtua memberikan nasihat lewat
lambang benda-benda yang ada dalam prosesi. Lazimnya, dilaksanakan
bersamaan dengan prosesi seserahan dan dipimpin oleh Nini Pangeuyeuk
(juru rias). Tata cara Ngeuyeuk Sereuh:
Nini Pangeuyeuk
memberikan 7
helai benang kanteh sepanjang 2 jengkal kepada kedua calon mempelai.
Sambil duduk menghadap dan memegang ujung-ujung benang, kedua mempelai
meminta izin untuk menikah kepada orangtua mereka.
Pangeuyeuk
membawakan Kidung
berisi permohonan dan doa kepada Tuhan sambil nyawer (menaburkan beras
sedikit-sedikit) kepada calon mempelai, simbol harapan hidup sejahtera
bagi sang mempelai.
Calon mempelai
dikeprak (dipukul pelan-pelan) dengan sapu lidi, diiringi nasihat untuk saling memupuk kasih sayang.
Kain putih
penutup pangeuyeukan
dibuka, melambangkan rumah tangga yang bersih dan tak ternoda.
Menggotong dua perangkat pakaian di atas kain pelekat; melambangkan
kerjasama pasangan calon suami istri dalam mengelola rumah tangga.
Calon pengantin pria
membelah
mayang jambe dan buah pinang. Mayang jambe melambangkan hati dan
perasaan wanita yang halus, buah pinang melambangkan suami istri saling
mengasihi dan dapat menyesuaikan diri. Selanjutnya calon pengantin pria
menumbuk alu ke dalam lumping yang dipegang oleh calon pengantin wanita.
Membuat lungkun,
yakni berupa
dua lembar sirih bertangkai berhadapan digulung menjadi satu memanjang,
lalu diikat benang. Kedua orangtua dan tamu melakukan hal yang sama,
melambangkan jika ada rezeki berlebih harus dibagikan.
Diaba-abai oleh pangeuyeuk,
kedua calon pengantin dan tamu berebut uang yang berada di bawah tikar
sambil disawer. Melambangkan berlomba mencari rezeki dan disayang
keluarga.
Kedua calon pengantin
dan
sesepuh membuang bekas ngeyeuk seureuh ke perempatan jalan, simbolisasi
membuang yang buruk dan mengharap kebahagiaan dalam menempuh hidup baru.
Akad Nikah
Pada hari pernikahan, calon pengantin pria beserta para pengiring menuju
kediaman calon pengantin wanita, disambut acara Mapag Penganten yang
dipimpin oleh penari yang disebut Mang Lengser. Calon mempelai pria
disambut oleh ibu calon mempelai wanita dengan mengalungkan rangkaian
bunga. Selanjutnya upacara nikah sesuai agama dan dilanjutkan dengan
sungkeman dan sawer.
Sawer
Yaitu upacara memberi nasihat kepada kedua pengantin. Kedua orangtua
menyawer pasangan pengantin diiringi Kidung. Untuk menyawer digunakan
bokor yang diisi uang logam, beras, irisan kunyit tipis, permen, dan
tek-tek. Kedua pengantin duduk di kursi sambil dipayungi. Seiring alunan
Kidung, isi bokor ditaburkan. Hadirin yang menyaksikan berebut uang dan
permen hingga mengundang canda tawa yang membuat prosesi tata cara pengantin adat sunda semakin meriah tapi tidak menghilangkan kehidmatan prosesi tersebut
No comments:
Post a Comment